In My Heart

“apa yang kau lakukan di tempat dudukku ?”

Seorang anak perempuan menatap heran pada teman laki-lakinya, namun yang ditanya hanya membalas pertanyaannya dengan tatapan datar.

Anak perempuan yang diketahui bernama Jingga itu masih menatap sebal ke arah teman sebangku barunya itu. Anggi nama anak laki-laki itu, tiba-tiba hari ini dia dengan sesuka hatinya mengusir teman sebangku Jingga yang lama tentu saja itu membuat Jingga marah. Apalagi sebelum menginjak di kelas 3 smp mereka tak pernah berbicara.

“Baik lah hanya hari ini saja, besok kembalilah ke alammu”

Anggi menoleh dengan tatapan bingung, namun tiba-tiba dia tersenyum.

“Tidak, aku sudah memutuskan untuk tetap duduk di sini” dipamerkannya seyum yang seolah-olah ingin meremehkan Jingga.

Melihat seyum Anggi yang cukup mengerikan membuat nyali Jingga ciut, digigitnya bibir tipisnya berusaha ntuk melepas kegugupannya.

“Aku akan melapor ke ibu guru nanti” jawab Jingga ragu.

Anggi kembali terseyum dan itu berhasil membuat harumi bertambah takut, ditariknya buku tulis yang berada di hadapan Jingga. Tangannya mulai menggores-gores buku tulis tersebut ‘COBA SAJA :P’.

 

….

Pernah kau menghitung berapa banyak waktu yang kita lewati bersama ?

Pernahkah ?

Jika ya, beri tahu aku berapa lama itu ?

….

 

“Berhentilah menatapku seperti itu, mengerikan kau tau ”

Jingga mengalihkan pandangannya dari papan tulis menuju teman sebangkunya yang menurutnya menyebalkan. Diliriknya buku tulis anggi yang masih bersih. Anggi yang merasa Jingga memandangi buku tulisnyapun merasa kesal karna dia tahu apa yang dipikirkan Jingga.

“Nanti akan kutulis, aku bukannya pemalas” jawab Anggi dengan ketus, namun itu terdengar sangat lucu ditelinga Jingga.

Dan sekarang keadaan berbanding terbalik, Jingga enggan melepaskan pandangan kepada Anggi yang sedang asyik menulis yang menurut Jingga itu seperti mencoret-coter bukunya dengan tulisannya yang ‘unik’. Kelas yang tadinya tenang tiba-tiba terganggu oleh tawa Jingga. Dan semua perhatianpun Ia dapatkan.

“Apa yang kau pikirkan tadi ?”

Tanya Anggi pada Jingga sambil menyodorkan air minum.

“Tidak”

Anggi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Jingga hari ini, walaupun sebelumnya mereka tidak dekat, namun Anggi tau seperti apa Jingga selama di kelas mengingat mereka sudah satu kelas selama 3 tahun berturut-turut.

…..

Kau yang selalu memperhatikanku

Mempertanyakanku

Namun aku tak pernah mengubrismu

Salahmu, kenapa kau mau membuang-mebuang waktumu

 

….

Anggi memandang kursi kosong disebelahnya dengan malas. Sudah 3 hari ini dia duduk sendiri dikarenakan Jingga mendapatkan undangan di salah satu sekolah terkenal di kota tersebut. Diambilnya penanya, tak tahu apa yang merasukinya tanganya mulai bergerak menulis nama Jingga di mejanya.

“Aku tahu ini, tapi aku ragu apa kau akan tahu”

Dipandanginya ukiran nama harumi yang dibuatnya di atas mejanya dengan nanar. Dielusnya ukiran itu, berharap rasa rindunya akan sedikit terobati tapi sayang semua itu tak berpengaruh sedikitpun.

“Apa yang kau lakukan”

Aktivitas Anggi terhenti ketika suara seseorang yang dikenalnya terdengar.

“Tidak ada” jawab Anggi dengan malas dan tatapan yang tetap tertuju pada ukirannya.

Lawan bicaranya yang dikenal dengan nama Haru itu tiba-tiba saja mengangkat tangan Anggi dengan paksa, dan terlihatlah ukiran itu. Haru terseyum meremehkan ketika mengetahui apa yang disembunyikan anggi.

“Sampai kapan ?”

Anggi menatap Haru dengan heran, dia tidak mengerti dengan pertanyaan dan tatapan Haru yang menyelidik itu.

“Sampai kapan kau akan berdiam diri ? Kau tahu jika ia tidak akan benar-benar sekolah di sini lagi walau dia menerima beasiswa itu”

Anggi yang mengetahui kemana alur pembicaraan ini mulai tampak berpikir sambil mengalihkan pandangannya keluar kelas berharap akan mendapatkan serangkaian kata-kata perlawanan, namun apa lagi yang akan dia berikan untuk mengelak dari semua kenyataan yang keluar dari mulut sahabatnya ini. Karna sekuat apapun dia mengelak dan melawan, itu hanya sia-sia. Karna semua yang dikatakan Haru adalah kebenaran.

Anggi kembali menatap ukiranya dengan nanar, diusapnya dengan lembut seolah tak ingin ukiran itu terkena oleh debu.

“Kau tahu ini tidak akan pernah berhasil”

Haru melangkahkan kakinya meninggalkan Anggi yang masih mencoba menerima semua kenyataan-kenyataan yang memang benar adanya. Benar jika semua ini tidak akan pernah berhasil.

…..

Jingga menatap jadwal pelajarannya dengan sebal, setelah tiga hari melewati serangkaian tes ini dan itu yang membuat otaknya sangat kenyang dan ternyata selama dia tidak bersekolah banyak sekali tugas-tugas yang harus dikerjakannya.

“Ini menyebalkan, aku harap besok aku bisa keluar dari sana”

Dilemparnya buku tulisnya karna merasa lelah dengan semua angka-angka yang sedari kemarin selalu menemaninya tanpa bosan. Dihembuskannya nafas dengan berat ketika mengingat teman sebangkunya.

“Apa yang kupirkan”

Tanya Jingga sendiri sambil melihat pena pemberian dari Anggi untuknya.

Flashback.

Taman samping kelas merupakan tempat yang pas untuk menghilangkan penat, bunga dan pohon-pohon yang tak hentinya-hentinya bergoyang karna tiupan angin akan terlihat seperti menari. Jingga tak akan pernah bosan untuk berdiam diri di taman ini, dan jangan lupakan suasana damainya.

“Ehhmm”

Jingga cukup terkejut ketika ada suara yang mengusiknya, mengingat tempat ini jarang dikunjungi murid sekolah ini. Namun dia tak merasa heran lagi ketika mengetahui siapa orang yang mengusiknya lagi. Anggi teman sebangkunya yang sangat menyebalkan, menurut Jingga.

“Ada apa ?”

Tanya Jingga dengan enggan sambil tetap memejamkan matanya.

“I-ini aku punya sesuatu untukmu”

Namun belum lagi Jingga melirik ke Anggi dan melihat apa sesuatu itu, si lawan bicara sudah berlari dan tergeletaklah sebuah pena dengan hiasaan berwana permata merah di bagian atasnya dan pena tersebut dililitkan dengan sebuah kertas menggunakan pita biru.

Pena ini akan membawa keberuntungan untukmu

….

 

Kau yang memulai bukan ?

Mulai namun jangan pernah hentikan, jangan pernah

Sebelum aku yang memohon padamu

….

“Aku benar-benar akan pergikan ? ”

Mata coklat itu menatap kosong, berkecamuk segala hal dalam pikirannya. Dia tak pernah menduga bila akan benar-benar meninggalkan kota kecil yang sudah menjadi bagian hidupnya ini.

“Aku kira mereka hanya bercanda saat itu”

Dia masih tetap dengan pikirannya sendiri tak memperdulikan orang yang disampinya. Hening. Tak ada satupun dari mereka yang hendak memecahkannya, biarkanlah rasa kecewa yang mengisi keheningan ini.

“Kau, bisa kau menjaganya untukku ?”

Lagi-lagi anak perempuan bermata coklat itu yang diketahui bernama Jingga berkata hal yang tidak dimengerti lawan bicaranya.

“Apa maksudmu ?”

Jingga terseyum mendengar respon temannya, diambilnya setangkai daun kering yang berada dihadapannya. Dipandanginya daun itu cukup lama dengan tatapan sendu.

“Aku sudah tau sejak dulu, bahwa aku hanya akan menjadi daun kering” harumi menggantungkan kalimatnya dan menghembuskan napas dengan berat.

“dan akan hancur dengan sangat mudahnya”

TBC

Astaga gak tau kenapa pingin banget ngetik sesuatu dan ternyata aku masih bisa mengetik dengan imajinasi yang pas2an ini –“ sesuatu memang. Mau curhat dikit, waktu nulis ini keadaan sangat tidak memungkinkan. Sehabis pulang sekolah dengan keadaan mata berat aku berjuang dengan sekuat tenaga untuk mengetik (?) gak kebayang capeknya pergi jam 6 pagi balik maghrib dan belum lagi ngerjain tugas, nekat. Satu kata. Well, sejujurnya aku seneng karna bisa ngetik ini serahlah mau capek ato gak. Last mohon maaf untuk semua penulisan yang salah, gak sempet edit ^^ maaf….maff…

last memory (epilog)

“Selamat pagi putri, have a nice day”

Hidup ini terlalu sempurna bagiku, mendapatkan semua yang wanita inginkan

Kau dan cintamu yang tak akan pernah tebagi

….

Daun-daun berubah menjadi coklat, menggugurkan dari pohonnya

Wewangian daun yang gugur meresap dalam indra-ku

Semuanya tampak jelas

kau berlutut di hadapanku

….

Tak pernah selembut diriku yang dulu

Semua perkataan halusku leyap ditelan waktu ucapmu

Seperti kertas putih yang tak memimiliki coretan

Dan

Dingin yang selalu membuatmu sakit.

Kau bilang aku seperti salju dimusim dingin

….

Mungkin bunga di pot kecil itu akan mekar tanpa penantian

Tak akan ada lagi yang mengharapkannya

Tak akan ada lagi yang menunggunya dengan cinta

Dia akan mekar dengan semua sisa kenangan masa lalu kita

Janji Hitam

Kata itu mengalun lembut

Menyentuh semua perasaanku

Bagaikan angin segar di musim semi

Datang dengan semua keindahan

 

Bagai air yang mengalir dengan deras

Mengikuti arusnya, arus hidupnya

Begitupun katamu……

Semua akan berjalan sesuai arus

 

Aku bertanya,

Apa arus kita?

Cahaya matamu meredup

Aku mengerti, kaupun mengerti

 

Namun kau menyuruhku ntuk berjanji

Berjanji untuk selalu menghangatkan jari-jarimu

Terseyum dan menangis karnamu

Marah kepadamu

Dan berjanji untuk mempertahanmu saat kau ingin lepas dariku

Untuk Rizkylia …

Untuk Rizkylia ! Salah tidak termaksud ASURANSI XD
Tau ukuran marginnyakan ?

covernya dak usahlah ye, diflashdisk aku soalnyo ^^
oh yo catetan fisikamu aku culik selama 2 minggu *kabur*

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan petunjuk-Nya, karya tulis yang berjudul “Aktivitas dan Frekuensi Denyut Nadi” ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan karya tulis ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan dalam penyempurnaan karya tulis ini.

Dalam penulisan karya tulis ini kami dari segenap tim penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, khususnya kepada :

  1. Ibu Suni, S.p.d untuk semua pengarahan dan petunjuknya.
  2. Bapak Dhoni dan Ibu Putri atas pengarahannya.
  3. Teman-teman di kelas X.9 yang telah memberi dorongan serta bantuan yang besar kepada kami, baik selama proses pembelajaran maupun dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
  4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberikan bantua dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin Yaa Robbal Alamiin.

 

 

 

Palembang, Agustus 2012

 

 

Penyusun

 

Daftar Isi

Kata Pengantar                                                                                     ii

Bagian Isi

  1. Pendahuluan                                                                             iv
  • Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Hipotesis
  1. Kajian Tiori                                                                                iv
  2. Metodologi Penelitian                                                                 vi
  3. Hasil Penelitian                                                                         viii
  4. Kesimpulan dan Saran                                                               viii

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. I.      Pendahuluan
  2. A.   Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas adalah :

“Apakah pengaruh aktivitas terhadap frekuensi denyut nadi ?”

  1. B.   Tujuan Penelitian

Siswa dapat mengetahui bahwa frekuensi denyut nadi dipengaruhi oleh berat tidaknya aktivitas yang dilakukan.

  1. C.   Hipotesis

Ho = Tidak ada  pengaruh aktivitas terhadap frekuensi denyut nadi.

Hi  = Ada pengaruh aktivitas terhadap frekuensi denyut nadi.

  1. II.    Kajian Teori

Denyut Nadi (pulse) adalah getaran/denyut darah di dalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan di sepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. (sumber : http://www.scribd.com)

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

A.    Usia

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya

Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.

B.      Jenis Kelamin

Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.

 

C.      Ukuran Tubuh

Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorang yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh).

D.      Kehamilan

Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan sebesar hamil.

E.       Keadaan Kesehatan

Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit maka frekuensi jantungnya cenderung meningkat.

F.       Riwayat Kesehatan

Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi.

G.     Rokok dan Kafein

Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut permenit dibanding dengan orang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variable metabolickardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal.

H.    Intensitas dan Lama Kerja

Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi.  Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Semangkin berat dan banyak aktivitas yang dilakukan maka akan menyebabkan perubahan denyut nadi sebagai respon untuk mengangkut O2 ke otot yang beraktivitas. (sumber : http://eprints.undip.ac.id/20417/). Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit.

I.       Sikap Kerja

Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk.

J.       Faktor Fisik 

Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran. Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi parameter fisiologis yang lain yang dapat menurunkan kemampuan dalam kerja fisik. Penerangan yang buruk menimbulkan ketegangan mata, hal ini mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat pada kelelahan mental dan dapat memperberat beban kerja.

K.    Kondisi Psikis

Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dankesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang. (sumber : Merry Nalia)

  1. III.      Metodologi Penelitian

 Sarana

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

  • Satu buah stopwatch

 

Prosedur

Santai :

  1. Siapkan stopwatch yang akan digunakan dalam percobaan.
  2. Hitunglah denyut nadi dalam keadaan santai menggunakan stopwatch.
  3. Catatlah jumlah frekuensi denyut nadi pada tabel yang disediakan.

Berjalan :

  1. Siapkan stopwatch yang akan digunakan dalam percobaan.
  2. Berjalanlah sejauh 100 meter, setelah itu hitung frekuensi denyut nadi menggunakan stopwatch.
  3. Catatlah jumlah frekuensi pada tabel yang telah disediakan.

Berlari-lari kecil :

  1. Siapkan stopwatch yang akan digunakan dalam percobaan.
  2. Lari kecil sejauh 100 meter, setelah itu hitung frekuensi denyut nadi menggunakan stopwatch.
  3. Catatlah jumlah frekuensi pada tabel yang telah disediakan.

Berlari Kencang :

  1. Siapkan stopwatch yang akan digunakan dalam percobaan.
  2. Lari kencang sejauh 100 meter, setelah itu hitung frekuensi denyut nadi menggunakan stopwatch.
  3. Catatlah jumlah frekuensi pada tabel yang telah disediakan.

 

Tabel Hasil Percobaan

No

Jenis Kegiatan

Jumlah Denyut Nadi/Menit

1

Santai

80

2

Berjalan

93

3

Berlari-lari Kecil

105

4

Berlari Kencang

115

 

     Grafik

 

IV. Hasil Penelitian

Dari hasil yang kami peroleh menunjukkan bahwa frekuensi denyut nadi akan meningkat setiap melakukan aktivitas-aktivitas yang berat, karena adanya respon untuk mengangkut O2 ke otot-otot yang beraktivitas.

Peningkatan frekuensi denyut nadi meningkat sesuai dengan beratnya aktivitas yang dilakukan seperti bersantai, berjalan, berlari-lari kecil, dan berlari kencang seperti yang telah diteliti terjadi peningkatan frekuensi denyut nadi yang signifikan.

  1. V.   Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

  1. Aktivitas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi.
  2. Banyak tidaknya dan berat tidaknya aktivitas yang dilakukan akan mempengaruhi frekuensi denyut nadi
  3. Frekuensi denyut nadi akan meningkat apabila individu tersebut melakukan aktivitas yang berat.

 

Saran

  1. Diperlukan ketelitian dan konsentrasi nyang tinggi dalam penghitungan denyut nadi agar tidak terjadi kesalahan
  2. Jangan melakukan gerakan saat dalam proses penghitungan denyut nadi agar hasil yang didapat akurat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pusaka

 

ELLY M.S, IRENNE, 2006. Perubahan Denyut Nadi. (Online). (http://eprints.undip.ac.id/20417/). Diakses, 24 Agustus 2010.

Lilyana., 2008., Anatomi Dan Fisiologi Manusia. (Online). (http://www.scribd.com). Diakses pada tanggal 12 Oktober 2008.

Munawaroh Aviya., 2011., Menghitung Frekuensi Pernapasan Dan Denyut Nadi. (Online).  (http://www.scribd.com). Diakses, 22 Desember 2011.

Remember When Chapter 2

Image

 

Suatu hari kau hanya akan mengingat ini sebagai sebuah kesalah dimasa mudamu. Akan menganggap ini adalah proses menuju kedewasaan.

Senja memiliki warna yang sempurna. Tak perlu kita ubah dan tambahkan. Layaknya kau dan aku.

Memiliki jalan masing-masing. Tak pernah terpikirku akan ada kata kita diantara alur ini, seperti katamu. Saat kau mengatakan “Aku mencintaimu” Aku harap kau tahu apa itu maksudnya.

Sekuat apapun kau mencoba dan berusaha tak akan ada yang berubah dengan jalan ini. Sudah sangat jelas, kau dan aku tak akan pernah menyatu dalam jalan yang sama. Dalam ikatan kuat, karna inilah takdir untuk kita.

*

*

*

Remember When Chapter 2

*

*

*

“Ibu lihat ini” Sebuah gambaran keluarga kecil, ayah ibu dan seorang anak.

Tampak pancaran kebahagiaan dari matanya namun terlihat juga ketakutan. Dia takut suatu saat Kevin, anaknya akan mengetahui bagaimana keadaan keluarga kecil mereka. Selama ini Kevin tinggal bersama neneknya. Bukannya ia tak mau tinggal bersama ibunya, namun ibunyalah yang memaksa.

“Ibu takut tak ada yang menjagamu saat ibu dan ayah bekerja”

Itulah kata-kata yang keluar dari mulutnya, bohong, yah dia berbohong. Kila tahu betul apa alasan sebenarnya. Ia tak mau anaknya menyaksikan semua pertengkaran ‘kecil’ yang kerap terjadi di rumahnya. Lebih baik dia terpisah jarak dengan anaknya, dari pada anaknya menyaksikan pertengkaran mereka.

***

Sedari tadi matanya tak berhenti menatap seorang wanita berparas cantik yang berada di halte bis. Dia tak tahu kenapa kakinya begitu berat untuk berjalan kesana. Dia tak tahu kenapa rasanya bibirnya kelu untuk sekedar menyapa. Sedangkan jantungnya berdetak tak karuan walaupun dengan menatap dari jarak yang cukup jauh.

“Aku sudah seperti siswi sma yang sedang jatuh cinta” ucapnya frustasi sambil menendang kerikil kecil di depannya.

“Ayolah Julian kau ini laki-laki”

Langkah kakinya sangat lambat, seakan langkah seorang terpidana mati. Kian mendekat, dari sini dapat terlihat jelas paras cantiknya, ditariknya nafas panjang untuk menenangkan jantungnya yang sudah tak dapat dikendali.

“h-hai”

Sangat jelas sekali rasa gugup mengikatnya, bahkan untuk berbicara saja dia seperti seseorang yang kehilangan lidah. Cukup lama Julian diam menunggu respon dari wanita yang berada di hadapannya. Namun tidak ada, tidak ada sama sekali. Yang didapatnya hanya tatapan bingung dari wanita itu.

“kau siapa ?”

“Tak mengingatku ?” tanya Julian ragu sambil menunjuk-nunjuk wajahnya, berharap bahwa wanita itu masih mengingatnya.

Kila tampak berpikir, dia terseyum saat mengingat siapa laki-laki ini. Seorang anak laki-laki yang menolongnya dari segerombolan pencuri.

“Jadi anak muda, apa kau tersesat lagi ?”

Julian hanya dapat mendengus kesal saat mendengar pertnyaan yang keluar dari bibir itu. Bukan kata-kata itu yang diharapkannya.

Waktu terus berjalan tanpa mau berhenti walaupun ada seseorang yang sangat berharap Tuhan akan berbaik hati untuk menghentikan waktu. Udara malam semangkin terasa dingin, namun entah mengapa Julian tak merasakan itu. Sudah lebih 2 jam dia dan Kila duduk di sini. Membicarakan awal pertemuan mereka dan segala sesuatu yang sangat tidak penting.

Kila menatap Julian sekilas, dia tertawa kecil saat kembali teringat bagaimana Julian berusaha untuk menolongnya.

“Masih membayangkannya ? itu tidaklah lucu nona”

“Jangan panggil aku nona, aku sudah menikah”

Wajah Julian menegang saat mendengar kalimat itu, kalimat yang lambat laun akan didengarnya. Wanita yang menjadi cinta pertamanya adalah istri orang lain, seorang wanita yang sudah berkeluarga bahkan memiliki seorang anak. Dia tak bisa menerima penolakan yang tanpa langsung diberikan oleh Kila, sungguh rasanya sakit.

“Aku harus segera pulang”

Tanpa menunggu balasan dari Kila, Julian sudah berjalan menjauh. Kila hanya dapat terseyum saat melihat Julian pergi. Entah mengapa dia merasa senang saat berbicara dengan Julian, merasa bahwa dia dapat merasakan satu perasaan yang sempat hilang dari dirinya.

***

Badannya sudah terpojok, tak tahu lagi harus menghindar kemana agar tubuhnya selamat.

“Kau pikir rumah ini hotel ? pergi dan pulang semaumu”

Mata itu menatapnya dengan murka, tak dapat lagi terlihat belas kasihan di sana. Bahunya bergetar hebat saat merasakan tamparan yang kuat di pipinya. Air matanya tak dapat mengubah segalanya, bahkan mata ini sudah terlalu lelah untuk menangis.

“A-aku hanya berbicara dengan temanku, dan dan tanpa sadar”

Kembali dirasakannya panas yang menjalar ke pipinya, perlahan darah keluar dari sela bibir mungilnya.

“Tak usah berbohong, kau, kau pasti berselingkuh”

Bukankah laki-laki itu ‘sudah’ tak mencintai istrinya, kenapa dia mempermasalahkannya ? Ayolah itu hanya alasan untuk melampiaskan kemarahannya karna istrinya tak memberikan uang kepadanya.

“Percayalah padaku”

Kata-katanya bergetar, momohon untuk berada di sisinya. Bukankah lebih baik kau memohon agar dibiarkan pergi dari lingkarang hidup ini. Berlari keujung dan putuskan semua, bukannya menambah dengan semua cerita yang tak tahu arahnya kemana.

Kakinya berjalan gontai, Ia tak tahu lagi harus pergi mencari uang kemana. Sepanjang perjalanan pikirannya berlari tak menentu. Ia tak akan berani menginjakkan kaki di rumah lagi bila belum dapat memenuhi permintaan suaminya.

“Ibu”

Kepalanya terangkat ketika menyadari suara yang sangat dikenalinya. Tanpa sadar ternyata kakinya berjalan membawanya ke sekolah anaknya. Dia terseyum saat melihat buah hatinya berlari ke arahnya.

“apa hari ini ibu tidak bekerja ?”

Kila menganggukkan kepalanya, melihat anggukan sang ibu Kevin terseyum senang. Kevin mulai berpikir permainan apa saja yang akan dimainkannya bersama ibunya.

Sangat menyenangkan duduk ditaman ditemani oleh 2 orang yang sangat menyayangimu. Mata Kila dari tadi tak lepas memandangi putranya, sedangkan disebelahnya duduk seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sehat.

“kau memiliki masalah ?”

Kila hanya diam memikirkan jawaban apa yang akan dikeluarkannya. Dia tak mau ibunya mengetahui jika memang benar dia sedang memiliki masalah. Dipandangnya langit dengan tatapan kosong. Dialihkannya pandangannya ke arah ibunya, berusaha untuk memasang seyum terbaiknya.

“Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing”

Kila menjawab seperti semua masalahnya telah hilang tak berbekas, ibunya hanya terseyum melihat anak perempuannya. Diambilnya tangan Kila dan digenggamnya.

“bila kau memiliki masalah cerita pada ibu, mungkin ibu dapat membantu”

Kila terseyum kecut saat mendengar perkataan ibunya, mendadak dia berubah menjadi seorang anak gadis yang sangat manja.

“ibu hanya menjawab mungkin”

Dimajukannya bibirnya sambil memicingkan matanya, lalu kedua wanita itu tertawa dalam hembusan angin. Kevin yang mendengar tawa sang ibu dan nenek berlari kecil kearah ibunya dengan seyum yang tak lepas dari mukan kecilnya. Dirogohnya saku celananya dengan tangan kecilnya.

“Ibu, ini untuk Ibu”

Sebuah liontin kecil dengan foto anak laki-laki di dalamnya. Dipasangkannya liontin itu di leher Kila, sedikit menyusahkannya mengingat tubuhnya yang kecil.

“Bila ibu rindu Kevin, liontin ini akan mengisi kerinduan itu. Bila ibu merasa sedih, liontin ini akan menghapusnya, dan bila ibu merasa sendiri”

Kevin menggantung kalimatnya, dia tampak berpikir, kalimat apa yang akan dikeluarkannya. Dia hanya seorang bocah laki-laki biasa.

“Ibu tak akan sendiri karna ada kevin di sini dan di sini” ditunjukknya foto dirinya yang berada di dalam liontin tersebut dan diarahkannya tangan kecilnya menuju dada sebelah kiri sang ibu.

Kila tak dapat lagi membendung air matanya. Ia tak tahu harus merasa apa, bahagia atau takut ? Bahagia karna anaknya yang selalu ada untuknya atau takut karna anaknya sudah mulai mengerti dengan semua perasaan sakit yang ditanggungnya.

“Ibu jangan menangis kevin selalu ada untuk ibu”

Tangan mungilnya mulai menghapus air mata Kila. Ditatapnya dalam-dalam mata indah ibunya, seolah ingin memberikan kekuatan tambahan pada Kila.

***

Julian dari tadi tampak begitu kacau, sedari tadi kerjanya hanya mencoret-coret buku tulisnya. Semua perkatan guru hanya dianggapnya angin lalu. Pikirannya tak bersamanya sekarang. Pikirannya terbawa pergi oleh wanita yang ditemuinya tadi malam. Julian menatap ke arah jendela dengan tatapan yang menyedihkan. Dia mulai berpikir bahwa dirinya adalah pecundang dari pecundang.

“Bagaimana bisa aku tak meminta no handphone miliknya”

Dijambaknya rambutnya dengan frustasi tanpa memperdulikan tatapan aneh padanya.

“atau alamat rumahnya, jika aku mau mati ditangan suaminya” Jawab Julian dengan sendiri dan dengan nada penuh kesedihan.

“baiklah aku akan menunggunya lagi malam ini, seperti biasa”

Semua orang di kelas menatap heran pada Julian dengan sejuta pertanyaan diraut muka mereka, Julian yang sadar sedang diperhatikan, memandang heran semua teman-temanya beserta gurunya.

“ada apa”

“Julian keluar sekarang juga”

Suasan kelas mulai sedikit gaduh saat Julian mendapat pengusiran dari sang guru, ada yang tertawa karna melihat ekspresi Julian. Namun tak sedikit juga yang berbisik-bisik menyudutkan Julian karna perkataan terakhir Julian yang menimbulkan kesan yang berbeda disetiap orang. Sedangkan Julian sendiri belum menyadari apa kesalahannya. Dia hanya dapat keluar kelas dengan ekspresi aneh di wajahnya.

***

“Maaf menunggu lama”

Seorang pramusaji datang dengan segala makanan dan segera meletakkannya dihadapan Julian. Julian sendiri tidak perduli, dia sendiri lebih memilih memerhatikan pintu keluar club malam yang tepat bersebrangan dengan cafe tempat dia duduk sekarang. Diliriknya sekali-kali jam tangannya.

“Bukankah seharusnya dia sudah keluar jam segini”

Cafe sudah tampak sepi, hanya tinggal beberapa pengunjung saja yang tersisa. Raut kegelisaan sudah sangat tampak jelas di wajah tampan Julian,jari-jarinya tak berhenti-henti mengetuk meja layaknya orang bermain piano.

“itu dia”

Dengan cepat Julian keluar dari cafe tersebut dan menghampiri Kila yang sedang berjalan.

“Kila”

Dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal Julian memanggil Kila dengan cukup kuat. Diaturnya nafasnya, Kila tampak bingung saat melihat Julian kembali. Apalagi dimalam hari, belum lagi Julian masih menggunakan seragam SMA-nya.

“Apa kau memang selalu tersesat ?” canda Kila.

Julian hanya terseyum kecut saat mendengar candaan Kila yang menurutnya dapat mengurangi poin dirinya dimata Kila.

“Temani aku makan malam”

Belum lagi Kila sempat menolak Julian sudah menarik tangannya denga paksa. Kila sendiri tak dapat melawan mengingat tenaga Julian sendiri lebih besar darinya.

Mereka duduk berhadapan, hanya saling diam. Makananpun ikut menonton  aksi diam mereka. Julian sendiri bingung ingin memulai pembicaraan dari mana. Kila menatap Julian dengan heran, dia berpikir kenapa dengan anak ini ? menariknya saat pulang bekerja dan memintanya untuk menemani dia makan malam ? Karna merasa bosan Kilapun membuka suara.

“Kenapa kau membawaku kesini” Kila bertanya pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya, tapi apa salahnya bertanya mungkin ada jawaban yang lain, pikir Kila.

“T-temani aku makan malam”

“Makanlah aku sudah menemanimu apa perlu aku suapi ?”

Julian menatap Kila dengan sedikit kesal saat mendengar tawa dan kalimat yang keluar dari mulut Kila, Julian merasa bahwa Kila menganggapnya seperti bocah ingusan. Namun Julian lebih merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa dia menggunakan alasan sebodoh itu untuk menarik Kila kemari.

Kila yang melihat Julian hanya diam sambil menatapnya mulai merasakan panas disekitar wajahnya, dia tak tahu itu apa. Namun dengan cepat dia mengambil makanan yang berada di depannya dan menyuapnya ke arah Julian.

“Aaaa”

Julian mendadak memundurkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha untuk tak memperlihatkan mukanya yang sudah memerah. Suara tawa kembali terdengar, ditatapnya Kila dengan pandangan kesal dan segera diambilnya sendok dari tangan Kila.

“Aku bisa sendiri, Aku ini pria dewasa” Julian mengatakan dengan penuh penekanan di kalimat terakhitnya, berharap Kila menyadari bahwa Ia ingin dipandang sebagai seorang pria. Bukannya seorang anak SMA yang selalu tersesat.

Kila hanya terseyum saat mendengar perkataan Julian.

“Jangan hanya terseyum, makanlah aku juga memesankan untukmu”

***

“Terima kasih” Ucap Julian kepada Kila dengan pandangan yang tetap memandang langit malam.

“Seharusnya aku yang berterima kasih”

Mereka kembali diam, Julian dan Kila. Tak tahu mengapa mereka tak keberatan dengan suasana ini, hening. Kila membawa pandangannya pada Julian, diikutinya kemana arah Julian memandang. Langit malam bertabur bintang.

“Apa yang kau pikirkan”

Julian tertegun saat mendengar pertanyaan Kila, rasanya ingin sekali Julian mengatakan aku memikirkan wanita yang sedang duduk di sebelaku, namun sayang sekali Julian tak memiliki keberanian sekuat itu. Kila yang mengerti akan perubahan ekspresi Julian hanya terseyum.

“kau tak ingin bertanya apa yang kupirkirkan ?”

Julian menatap Kila dengan penasaran.

“aku tak pernah menceritakan ini pada siapapu, bahkan ibuku sendiri” Kila menghentikan kalimatnya lalu ia menafik nafas panjang dan menghembuskannya dengan berat.

“aku tak tahu mengapa, tapi akhir-akhir ini suamiku mulai berubah. Dia selalu mempermasalahkan segalanya, dia juga mempermasalahkan” Kila tampak sangat murung, ditatapnya langit malam.

“uang”

Julian dapat mendengarnya, walaupun Kila mengucapkannya dengan sangat kecil. Hati Julian sangat sakit saat melihat Kila seperti ini. Apa lagi saat Kila berbicara tentang suaminya yang mulai berubah. Digenggamnya tangan kila, sontak aja Kila terkejut dengan perlakuan Julian apalagi dengan tatapan mata Julian untuknya.

“aku akan membantumu”

“Apa yang dapat kau lakukan ?”

Kila menatap Julian dengan sedikit tidak percaya, namun ketidakpercayaannya sedikit goyah dengan melihat tatapan Julian yang tampak sangat bersungguh-sungguh dengan perkataannya.

“Bekerjalah untukku”

***

TBC

Akhirnya bisa selesai juga chapter 2 sebelum masa liburan selesai ^^ tapi aku gak yakin kapan cerita ini kapan selesai. Mengingat kesibukanku *sok sibuk. Mohon maaf bila banyak kesalahan, saya baru dalam hal menulis cerita. Kritik dan Saran akan sangat membantu mengingat kempuan menulis saya. Terima kasih.

Remember When Chapter 1

Sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam lewat namun entah mengapa Julian, anak laki-laki yang duduk di sudut ruangan ini enggan beranjak juga. Kegelisaan mulai terpancar di mata indahnya, matanya seakan tak merasakan lelah walaupun sedari tadi bergerak bergerak mencari-cari sesuatu.

“Kemana dia ?” 

Julian mulai menggerutu dengan dirinya sendiri atas kebodohannya, namun seketika terlukis seyumman bahagia di wajahnya ketika memikirkan kejadian yang membuatnya seperti sekarang.

Jalanan tampak sepi tidak seperti biasa mungkin karna malam yang terlalu dingin membuat orang enggan meninggalkan rumah hangat mereka. Namun berbeda dengan laki-laki berseragam SMA ini entah mengapa dia malah sangat suka dengan suasana ini. Matanya terpejam sambil menikmati iringan musik lembut yang membuai telinganya tanpa menghiraukan dingin yang dapat menusuk tulang-tulangnya.

“Tolong”

Kakinya terhenti saat mendengar suara seseorang meminta tolong, dilepaskannya headset dari telinganya. Kakinya mulai mencari sumber suara yang semangkin jelas ditelinganya. Di ujung jalan yang gelap dapat dilihatnya seorang wanita yang ketakutan dikelilingin oleh 3 orang laki-laki.

“Apa yang kalian lakukan ?”

Ke 3 laki-laki sontak menoleh kepada ‘pengganggu’ aksi mereka.

“Well sepertinya ada anak yang tersesat”

Salah seorang dari mereka mendekat memamerkan seyuman yang dapat membuat orang merinding. Bohong bila Julian tidak merasa takut, dia sangat takut malah. Hanya seorang anak SMA biasa yang tidak memiliki keahlian dalam hal berkelahi. Namun akan sangat bodoh bila ia lari sekarang.

“10 menit yang lalu adalah hal yang tak pernah kubayangkan” Ucapnya sembari tetap mengelus mukanya yang lebam.

Perempuan di sampingnya hanya dapat tertawa kecil, ingat betul dia bagaiman reaksi pahlawan ini saat akan menolongnya tadi dan berakhir dengan hadiah manis di muka pahlawan ini.

“Kau sangat pemberani anak muda”

Ditangkupnya wajah itu dan memandangnya dengan penuh kelembutan seakan berusaha untuk menghilangkan rasa sakit. Entah mengapa ada sedikit perasaan aneh di dalam tubuh Julian saat merasakan tangan halus itu menyentuh wajahnya. Nyaman dan hangat. Mulai berpikir rela untuk mempertahankan rasa sakit agar tangan halus ini selalu menyentuhnya.

Julian terseyum saat mengingat awal pertemuannya dengan Kila. Wanita yang tanpa sadar telah merebut semua perhatiannya dan telah mengubahnya menjadi seorang stalker dalam waktu seminggu ini. Menghabiskan waktu menunggu berjam-jam di cafe yang berada tepat di depan Kila bekerja hanya untuk melihat sang wanita. Hanya untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja, lalu ia akan kembali kepada kehidupannya. Bodoh memang, tapi itulah cinta. Ia merubah segalanya, membuat hal yang tak waras menjadi waras. Membenarkan yang salah menjadi benar, dan benar menjadi salah.

“Dia sudah keluar” Layaknya anak kecil yang mendapatkan permen termanis layaknyalah seperti itu ia sekarang. Terseyum sendiri memandangi sang wanita dari jauh, namun seketika seyum itu luntur.

“Dia sudah memiliki suami” ucapnya lirih.

***

Kila seorang wanita biasa yang berumur 24 tahun dan berkeluarga, bahkan ia memiliki seorang anak laki-laki. Ia bekerja di sebuah club malam, seorang bar tender. Ia terlihat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Namun bila kau ingin sedikit meluangkan waktumu untuk mengintip kehidupannya kau akan tau apa kata bahagia yang ia maksud.

“Ini tidaklah cukup bodoh” Dilemparkannya uang yang berada di gemgamannya dengan kuat kemuka sang istri.

“Club sedang sepi, setidaknya kita tidak akan kelaparan” Tergambar jelas ketakutak disetiap kata-kata yang keluar dari bibir mungilnya.

Namun tampaknya Ery, sang suami tak senang dengan jawaban yang didengarnya. Didorongnya kuat Kila hingga terjatuh. Bahu kila bergetar di gigitnya bibirnya untuk menahan isakan. Bukannya iba Ery semangkin jengah melihat Kila.

“Pergi dan jangan kembali bila kau tak membawa uang”

Bahagia. Apakah itu menurutmu bahagia Kila ? Selalu terseyum saat semua orang mengkhawatirkanmu. Berkata semua baik-baik saja saat semuanya bertanya. Bertingkah bahwa kau sangat bersyukur atas keluarga baru yang kau miliki. Padahal kau sendiri tahu apa itu sebenarnya bahagia. Bertahan layaknya karang yang diterjang ombak sekuat tenaga tetap kokoh, hanya demi mahkluk yang hidup padamu. Hanya untuk anakmu.

Kila terseyum kecut saat memikirkan kemana ia akan mencari uang lagi. Semua sudah ia lakukan, bekerja siang malam tanpa mengenal lelah. Bahkan ia rela tak menghabiskan waktu bersama anaknya hanya untuk mencari uang, hanya untuk menjaga suaminya tetap terjaga dan bertingkah sebagai ayah yang baik.

***

TBC

 Kesalahan bertaburan di sana dan di sini, paling malas dengan yan namanya edit mengedit, mohon dimaklumi kebiasaan buruk ini. 

Remember When (epilog)

Image

 

Suatu hari kau hanya akan mengingat ini sebagai sebuah kesalah dimasa mudamu. Akan menganggap ini adalah proses menuju kedewasaan.

Senja memiliki warna yang sempurna. Tak perlu kita ubah dan tambahkan. Layaknya kau dan aku.

Memiliki jalan masing-masing. Tak pernah terpikirku akan ada kata kita diantara alur ini, seperti katamu. Saat kau mengatakan “Aku mencintaimu” Aku harap kau tahu apa itu maksudnya.

Sekuat apapun kau mencoba dan berusaha tak akan ada yang berubah dengan jalan ini. Sudah sangat jelas, kau dan aku tak akan pernah menyatu dalam jalan yang sama. Dalam ikatan kuat, karna inilah takdir untuk kita.

 

Candies Of Life

Sepertinya aku punya kebiasaan buruk yang tak dapat dihilangkan dari dulu (˘̯˘) selalu menyelesaikan sesuatu setengah-setengah. Gak tahu mengapa tadi pas duduk terlintas ide gila dipikiranku dan jadilah cerita ini. Kritik dan saran akan sangat membantu mengingat kemampuan menulisku yang dibawah rata-rata. Oh ya ini belum diedit ^^V jadi mungkin akan banyak kesalahan disana dan disini. Terima kasih

*

*

*

Candies Of Life

*

*

*

Kenapa Tuhan berikan aku hal yang begitu berlebihan ?

Aku hanya meminta keluarga kecil yang bahagia

Bukannya seorang ibu lagi

Apa anak kecil ini terlalu nakal sehingga aku harus memiliki 2 ibu dan seorang saudara perempuan ? ayolah aku hanya bercanda

***

Tak diperdulikannya mata-mata yang menatapnya aneh, dari tadi mulutnya tak berhenti berkomat-kamit tentang hal yang tidak penting. Diliriknya jam manis yang melekat indah ditangannya, dihembuskan nafas dengan berat ketika kembali tersadar bahwa sudah 2 jam lebih menunggu sang ibu.

“Andaikan aku ninja pasti sekarang aku sudah terbang” dia tertawa renyah ketika imajinasinya sedikit bermain diwaktu yang menyebalkan ini. Namun seketika tawanya terhenti ketika sosok yang ditunggunya datang juga.

“Bu bukankah sudah kukatakan bahwa aku pulang jam 12 bukan jam 2” dilemparnya tasnya dengan kasar, tak diperdulikannya lagi sosok yang berjalan dibelakangnya.

“Maafkan ibu, kau tahukan kalau ibu sibuk” wanita itu terus menjelasakan dengan sabar sembari mengikuti gadis kecilnya berjalan.

Bola mata gadis itu memutar untuk sekian kalinya ketika mendengar pernyataan yang sama keluar dari mulut ibunya. Dijatuhkannya tubuhnya disofa dan kembali menatap ibunya dengan kesal.

“Ayah ? ah aku lupa bukankah kalian sama-sama sibuk ? maafkan aku nyonya” ucapnya dengan ketus. Wanita yang disebut-sebut tersebut hanya bisa terseyum kecut ketika mendengar ‘sedikit’ perkataan yang menggores hatinya.

***

Aku terlalu kesepian bu, disini aku selalu sendiri

***

 

“Jingga nanti jangan nakal ya” laki-laki itu terus mengucapkan kata-kata yang hanya berputar pada satu inti jadi anak manis.

Jingga hanya memasang wajah bodoh setiap mendengar semua perintah ayahnya yang terlalu banyak. Kenapa menyuruhku menjadi anak manis ? bukankah sudah kulakukan, dia terseyum geli saat memikirkan semuanya anak manis yah aku anak manis. Bertingkah manis dan menjadi gadis kecil yang menyenangkan.

“siapa sebenarnya yang akan kita temui ? apakah dia orang penting”

“kau pasti akan menyukainya sayang”

Alunan musik jazz yang menggelitik telinga membuat jingga enggan berkutat dengan seluruh pertanyaannya, gadis kecil itu kembali menenggelamkan dirinya dalam alunan lembut.

“Kita sudah sampai”

“Bagus sekali”  jingga menggerutu kesal saat dia mulai sangat menyukai musik itu namun secara tiba-tiba hal itu dimatikan. Tersangka yang notabene ayahnya sendiri hanya terseyum melihat tingkah laku putrinya ini.

Rumah sederhana pasti orangnya juga, pikir jingga.  Pintu rumah tersebut terbuka dan menampakkan seorang wanita. Wanita tersebut terseyum ramah ketika tamu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.

Jingga hanya bisa diam dan terseyum ketika mendengar semua pembicaraan yang tak dia ketahui kemana arah dan tujuannya anak manis, kata itu terus terngiang ditelinganya berkali-kali. Sungguh dia berjanji setelah dari sini dia akan melepas semua kata manis itu. Dimainkannya kakinya yang tidak menyampai lantai itu, dilirikknya ayah dan ibunya yang terlihat begitu bahagia. Sedikit heran ketika dia melihat ayahnya tertawa dan terseyum ketika menanggapi pembicaraan orang lain, matanya beralih pada sosok wanita asing yang baru dia kenal beberapa menit tadi. Raisa seorang wanita biasa yang satu kantor dengan ayah, dengan gaya yang biasa tidak ada yang menarik.

“Jingga pergilah bermain dengan Nuri”

apa ayah mencoba mengusirku dari sini ?, ingin sekali kata-kata ini keluar namun kata manis mulai menghantui pikirannya lagi. Jingga hanya dapat terseyum lalu meninggalkan ruangan itu. Dia berjalan dengan lambat dengan pertanyaan Siapa itu Nuri ? aku bahkan tak mengenalnya, dan diapun dimana sekarang namun langkahnya terhenti saat matanya menangkap sosok anak perempuan yang tak jauh lebih besar darinya sedang bermain.

“Masuklah” ucap anak itu dengan seyum yang tak lepas dari wajahnya.

“Kau pasti Jingga ? Aku Nuri, semoga kita bisa jadi teman dekat” disodorkan tangan mungilnya didepan jingga, jingga tak bergeming dia hanya menatap Nuri dengan aneh. Merasa tak diacuhkan nuri memandang jingga dengan arti kau-tidak-ingin-berteman-denganku?

“Hahaha….. kau sangat lucu” Jingga tertawa dengan sedikit paksaan saat mengetahui betapa bodoh tingkahnya dalam beberapa detik ini, mungkin inilah yang disebut anak manis.

***

Kau sudah semangkin dekat dan semunya akan segera dimainkan

Mari kita lihat siapa yang akan terluka disini, kau ? wanita yang sangat kau sayangi ?

Atau bahkan kelian berdua yang akan tenggelam dalam rasa itu ?

***

Semenjak pertemuan itu hampir setiap hari Nuri dan ibunya bermain ke rumah Jingga, ntah itu hanya karna mengantar jingga sehabis pulang sekolah yang karna Nuri dan Jingga satu sekolah. Seperti hari ini misalnya, ibu jingga kembali tidak bisa menjemput jingga dengan beralasan sedang banyak pekerjaan. Jingga sendiri tak merasa keberatan selama dia sampai dengan selamat ditempat tujuan.

“Jadi hari ini kau ingin bermain ke rumahku Jingga ?” Nuri bertanya dengan penuh antusias sambil menoleh ke kursi belakang hanya untuk melihat Jingga.

Gadis yang ditanyai berpikir sambil memainkan mimik mukanya layaknya aktris hebat. Tak jarang Raisa dan Nuri terseyum ketika melihat ekspresi muka Jingga yang menurut meraka tidak ‘biasa’.

“Baiklah”

Terdengar sorakan bahagia dari mulut kecil Nuri, tak jarang dia mengucapkan hal koyol tentang rencana mereka nanti. Beda halnya dengan Jingga, berusaha mencari tempat perlarian sementara. Ingatannya mulai memainkan adengan kecil tentang pertengkaran orang tuanya. Masih ingat betul dia apa saja yang ayah dan ibunya katakan, bahkan dia ingat bagaimana ekspresi ayahnya ketika tanpa rasa berdosa mengucapkan kata-kata yang sangat melukai ibunya. Ada secercah rasa khawatir timbul diperasaannya, perasaan takut yang tak pernah dia rasakan tak tahu itu apa.

“Jingga ayo cepat turun” ajak Nuri sembari menarik-narik tangan Jingga, sepertinya dia menyadari bahwa sedari tadi Jingga tak bergeming saat mobil sudah berada di perkarangan rumahnya.

Jingga yang menyadari tangannya ditarikpun segera kembali sadar, diikutinya Nuri dari belakang dengan berjalan gontai. Rasanya dia membuat keputusan yang salah, ingin sekali saat ini dia bersama ibunya. Sudah sangat jarang sekali dia memiliki waktu bersama ibu, bahkan ibunya sudah jarang menjeputnya dan posisi itu digantikan oleh ayahnya yang biasanya enggan mambuang waktu hanya untuk menjemput manusia kecil ini.

“Ibu apa yang terjadi ?” dipandanginya lagit mendung dengan tatapan sendu.

***

Sudah dimulai duduklah yang manis dan nikmati semua ini

Bukankah kau bosan dengan ibu yang sibuk dengan dunianya ?

Dan bukankah kau kesepian ?

Karna itu Tuhan berbaik hati padamu anak manis

***

“Jingga apa hari ini ibumu tak hadir ? kenapa tadi aku hanya melihat ayahmu saja” tanya seorang anak laki-laki pada Jingga.

Jingga mendengus kesal saat mendengar pertanyaan yang sama dari seluruh temannya. Diputarnya badannya agar dapat melihat anak laki-laki tersebut dan memasang seyum yang sangat dengan terpaksa.

“Ibuku mungkin terlambat”

Tak henti-hentinya kaki kecil itu berjinjit untuk sekedar mengintip keluar dari jendela kelasnya mengingat tubuhnya yang pendek. Matanya tak pernah lupa untuk melirik ke jam tangan manisnya.

“Ayolah bu, ibu sudah berjanji akan datang hari ini” ricau Jingga saat sosok yang ditunggu-tunggunya tak datang juga. Suara bel pun mulai terdengar menandakan pertemuan wali murid akan segera dimulai. Jingga terduduk lesu dikursinya dia mulai merasa dibodohi oleh semua perkataan ibunya.

“Jingga kau kenapa ?” tanya seorang temannya.

“Sepertinya ibuku tak akan hadir” Jingga menjawab dengan lesu sembari menatap pintu keluar kelasnya dengan miris.

“Jangan berbohong, tadi aku melihat ayahmu duduk berdua dengan seorang wanita di ruang pertemuan”

Mendengar penuturan temannya wajah Jingga berubah menjadi ceria, dilangkahkannya kaki kecilnya menuju ruang pertemuan. Mengintip sebentar tak akan menjadi masalah pikirnya. Dijinjitkannya kakinya, matanya mencari sosok tersebut.

“Dia bukan ibuku” terdengar jelas rasa kebencian dan kekecewaan diucapannya.

Rasa itu mulai datang lagi takut dan khawatir itu, kaki kecilnya berjalan tak menentu menyusuri semuanya tanpa terkendali. Wajahnya tertunduk tak ada Jingga yang berjalan dengan seyum dan kebanggaan yang besar saat ini. Tanpa sadar Jingga menabrak seorang anak perempuan.

“Jingga”

Dia sungguh tahu siapa pemilik suara ini, dia tahu. Ditatapnya pemilik suara ini dengan tatapan menyudutkan. Merasa ditatap dengan pandangan Nuri menatap takut Jingga.

“a-ada apa ?”

“Kenapa ? Kenapa Ibumu bersama Ayahku ?” tanya Jingga dengan penekanan disetiap kata-katanya.

Terdengar suara isakan dari dua mulut gadis kecil, namun sangat jelas terdengar siapa yang sangat ketakutan disini. Jingga hanya menundukkan kepalanya sedari tadi mencoba menahan semua isakannya, sedangkan Nuri menangis didalam pelukan ibunya dengan sangat ketakutan.

“Apa kau mau mencoba menjadi berandalan kecil ?” bentak ayahnya sambil menunjuk-nunjuk sang tersangka.

Jingga sendiri tak dapat berkata apa-apa bibirnya terasa kelu, padahal seingatnya tadi dia tidak melakukan apapun. Dia bahkan tak memukul Nuri, dia hanya ‘memperingatkan’.

“a-aku tidak senang ji..”

Belum lagi kata-katanya selesai tiba-tiba ibunya tiba dan langsung memeluknya dengan erat dikecupnya kepala anaknya berkali-kali. Ditatapnya suaminya dengan tatapan jangan-sekarang.

“kenapa ? lihat dia sudah menjadi berandalan dan itu semua karnamu, kau terlalu sibuk dengan duniamu sendiri”

Jingga tak dapat mengelak dia bahkan tak dapat memungkiri dan berlari akan semua rasa takut dan khwatirnya. Dengan mata dan kepalanya sendiri dia menyaksikan orang tuanya bertengkar tanpa perduli dengan orang disekitar mereka. Hanya tangisanlah yang menjadi bahan pelariannya sekarang.

***

Kurasa tidak akan ada lagi nyanyian nina bobo untukmu

Kurasa kau harus belajar tidur dengan rasa takutmu itu

***

Sudah 3 bulan semenjak kejadian tersebut semenjak itulah keadaan tak pernah membaik malah semangkin memburuk. Ayah Jingga selalu ketus jika berbicra dengan Jingga beda halnya dengan saat berbicara dengan Nuri dan ibunya. Rasa kesal dan bencipun semangkin dalam pada Jingga untuk kedua perempuan tersebut apalagi ketika dia mengingat kejadian yang sangat menjijikkan baginya.

Flashback.

“ibu” Jingga berteriak sambil berjalan mengelilingi rumahnya ketika sosok yang dicarinya sedari tadi tak terlihat. Langkahnya terhenti saat melihat mobil ayahnya terparkir indah di dalam garasi. Didekatinya kaca mobil tersebut karna dia melihat seperti ada sesuatu di dalam sana namun karna badannya yang kecil dia terpaksa sedikit berjinjit dan melompat. Tak tahu mengapa ada rasa penasaran yang sangat besar untuk mengetahuinya.

Matanya membulat sempurna saat mengetahui apa itu, badannya melangkah mundur dengan sangat pelan hingga akhirnya dia menabrak dinding. Berlari dengan kencang berharap semuanya tidak benar. Ditutupnya mulutnya dengan kedua tangannya, pecahan-pecahan adegan yang dilihatnya mulai menghantui semuanya.

“Ayah kenapa kau mencium wanita itu” bibirnya bergetar saat mengucapkan kata-kata pendek itu.

Flasback and.

Jika bisa berbicara mungkin boneka kelinci yang menjadi bahan amukan kekesalan Jingga sudah berteriak memaki-maki Jingga agar jangan terus memukulnya. Tangannya terhenti diudara saat ingin ‘membelai’ boneka kelinci pemberian sang ayah. Terukir seyuman yang sangat aneh diwajah kecilnya seketika.

Kaki kecilnya mulai mencari sosok ayah yang sangat ia ‘sayangi’. Matanya menampakkan keceriaan saat dilihatnya ayahnya sudah pulang namun itu semua sirna saat dia melihat ada Nuri dan Ibunya bersama ayahnya.

“mau apa kalian kemari ?”

Mengerti akan kekesalan Jingga, Laki-laki tersebut hanya terseyum meremehkan melihat anak kesayangannya mulai menyerupai wanita yang dulu dicintainya. Didekatinya tubuh mungil tersebut dan membisikkan suatu mantra yang dapat membuat gadis kecil ini terjaga sepanjang malam.

Tubuh kecil itu tak bergeming sedari tadi dia hanya menatap lurus dengan pandangan kosong. Dia bahkan tak tahu harus memikirkan apa untuk memulihkan tubuhnya sendiri. Masih berusaha mencerna semua perkataan ayahnya.

“Kita sudah pernah membicarakan ini”

“tapi tidak seperti ini caranya” bentak seorang wanita dengan suara yang meninggi, terlihat jelas bahwa dirinya sangat terpancing emosi. Namun tiba-tiba sebuah tangan kecil memegang lengannya, Jingga.

“Biarkanlah ibu, bukankah itu akan sangat indah saat aku memiliki dua ibu dan aku juga akan memiliki seorang saudara perempuan” bibir itu terus berkata tanpa memikirkan perasaan wanita disampingnya dan perasaanya.

Seyuman di wajah ayahnya terlihat menghiasi wajah, sedangkan ibunya sendiri hanya bisa menatap nanar anaknya yang berbicara dengan pandangan kosong. Bohong jika dia tidak tahu bahwa anaknya akan menerima ini, dia tahu bahwa Jingga hanya ingin semua ini cepat selesai seperti permainan yang sangat dibencinya.

***

Kau hanya pemula disini

Ini bukan permainan untukmu gadis kecil

Jangan berharap karna tangismu semua akan berjalan kembali pada posisi semula

Jangan berharap karna rengekanmu semua akan mengulurkan tangganya

Jangan

Premier Amour

Image

 

 

Semua ini terlintas dipikiranku namun sebegitu juga pergi entah kemana -_- memang aku fakir imajinasi T^T tapi aku mohon bantuan untuk memperbaiki gaya tulisanku wahai teman 🙂 . Terima kasih

***

Masih bisa kurasakan bagaimana awal aku memulai semua ini, semua rasa dan perasaan terhadapmu. Tak pernah sebelumnya terlintas dipikiranku untuk memulai semua ini, terlalu rumit itulah yang kupikirkan saat itu. Namun Tuhan berkata lain, Tuhan berikan rasa itu padaku Ia biarkan aku rasakan apa itu Cinta.

*

*

*

Premier Amour

*

*

*

Sore ini aku memutuskan untuk pulang lebih lambat, tak tahu mengapa rasanya enggan meninggalkan sekolah lebih awal. Pandanganku tertuju kearah 2 perempuan yang sangat kukenal.

“Bisakah kalian menemaniku makan diluar ?” 

Mereka hanya terseyum mendengar pertanyaanku, mungkin mereka berpikir untuk apa aku bertanya jika akhirnya merekalah yang akan menarik-narikku untuk makan bersama mereka. Sepanjang jalan kami hanya tertawa akan hal yang sama sekali tak jelas, mungkin inilah yang disebut masa muda tak memikirkan kata orang yang terpinting adalah kebahagiaan.

“Tidakkah ingin memesan sesuatu ?” 

Aku hanya memandangnya dengan heran, ah bodohnya aku bagaimana bisa lupa dengan tujuan awal.

“Kupikir semua pelajaran itu sudah memakan semua pikiranmu dan kurasa itu benar” 

“Yah katakanlah apa yang ingin kau katakan” 

Mereka mempermainkanku dengan semua bualan mereka, namun aku sendiri terhanyut dengan suasana ini. Hingga mataku beralih padahal yang dapat memberikan semua perhatianku. Seorang anak laki-laki melintas di depan ku berdiam. 

1

2

3

Hanya 3 detik, hanya butuh 3 detik untuk mengetahui bahwa aku mencintainya

***

Tuhan apa ini waktunya ? 

apa Engkau tlah ikhlas memberikanku perasaan ini ?

Bila tidak tariklah kembali

Aku takut

***

“Tidakkah kau mengenalnya ? cepat beri tahu aku” mungkin ini sedikit bodoh dan konyol dari tadi aku hanya memohon dan memohon pada temanku untuk meminta “sedikit” informasi tentang anak laki-laki itu.

“kau mulai menyebalka” 

“kau yang mulai menyebalkan, cepat beri tahu aku” yah aku tak akan berhenti.

“baiklah”

Waktuku berjalan dengan sangat cepat, namun aku tak akan menyesali itu semuanya terasa indah apa ini karna cinta ? aku tak tahu itu. Terasa hangat saat kau mendengar tentangnya, yah Tuhan aku benar-benar akan menerima rasa ini.

***

“Kurasa dia benar-benar sudah memiliki kekasih” ucapnya dengan berhati-hati

“Jangan bercanda” sungguh aku tak tahu harus memasang ekspresi apa, namun satu hal yang ingin kulakuanb berlari. Pecundang, memang aku akui itu.

Kupercepat langkahku, tak perduli gerutukan semua orang yang kutabrak. Merasa mulai dipermainkan oleh rasa ini dia membawaku pada titik dimana aku rela mati untuk semuanya namun dia juga membawaku pada titik aku ingin semua ini tidak terjadi. Kurasakan sakit yang mendalam, apa ini yang dinamakan patah hati ? apa sesakit ini ?.

Dingin, hingga menusuk semua rusuk-rusukku tak lagi kurasakan hangat yang dulu. Mungkin benar kata orang cinta pertama tak akan pernah menjadi yang terakhir

END

Mirror Mirror

Image

 

Jangan berbohong padaku

Beri tahu aku apa yang ingin kutahu

Jangan berbohong padaku

Tunjukkan apa yang ingin kulihat

***

Kenapa aku membenci diriku sendiri ?

Sebaiknya aku tak mengatakannya

Kenapa aku tak memikirkannya ?

Aku pasti bodoh dan gila

***

Seharusnya aku mendengarkan

Mendengarkan semua kata-kata pikiranku

Aku pasti bodoh dan gila

Keluar dari semua pikiranku

***

Mirror mirror

Jangan beri tahu aku siapa yang bersalah

Mirror mirror

Jangan beri tahu aku siapa yang terbodoh

Aku berharap kaukan berbohong

***

Mirror mirror

Sihir dan kembalikan aku

Mirror mirror

Putar dan ubah semua

Bawa kembali yang tlah hilang padaku